keep spirit

Gengsi tidak membuat kamu berhasil tetapi keberhasilanmu lah yg buat kamu bergengsi :)

Minggu, 03 November 2013

Pemain film dongyi

Lee Kwang Soo sebagai Young Dal

Pemain Lengkap Drama Korea Dong Yi

 

Masih tentang drama Dong Yi, walopun blog ini bukan blog khusus drama korea, tapi karena saya sangat menyukai dramanya, jadi buat para pembaca, saya kasih daaahhh.. bela-belain comot sana comot sini biar terangkum semua nih
Oke langsung aja cekidot semuanya ada disini....

Selasa, 01 Oktober 2013

Ciri-ciri Hak Asasi Manusia di Indonesia
• Bersifat Hakiki: HAM sudah ada sejak manusia lahir
• Bersifat universal: HAM berlaku umum untuk dan mengenai semua orang, di mana saja dan kapan saja, tanpa memandang jenis kelamin dan kondisi psikosomatis, ras, agama, suku bangsa, negara, pandangan hidup, dan pandangan politik.
• Kepemilikannya bersifat kodrati, dan karena itu spiritual. Maksudnya, HAM itu inheren dalam kodrat kemanusiaan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sejak kita diciptakan dan dilahirkan, dan karena itu hak-hak asasi itu dipandang sebagai karunia pemberian Sang Pencipta. Ciri kodrati dan spiritual ini tampak dalam kenyataan bahwa manusia tidak bisa menjalani kehidupannya sebagaimana layaknya tanpa hak-hak itu, dan dengan hak-hak itu manusia dapat lebih memuliakan Tuhan Sang Penciptanya. Karena bersifat kodrati, HAM tidak dapat diserahkan pada pihak lain dan tidak dapat dibagi-bagi.
• Bersifat supralegal dan menuntut dengan keras pemenuhannya dari pihak lain, termasuk negara. Maksudnya, hak-hak asasi tidak pernah boleh dan tidak pernah bisa dilanggar, diperkosa, dibatasi dan ditiadakan/dihapus oleh pihak mana pun termasuk Negara.
Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Adapun contoh kasus pelanggarah HAM yang akan dipublikasikan meliputi kasus pelanggaran HAM yang sudah diajukan ke sidang pengadilan.
1. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1984 dengan jumlah korban sebanyak 74 orang. Peristiwa ini ditandai dengan penyerangan terhadap masa yang berunjuk rasa, dan penyelesaiannya sudah berlangsung di Pengadilan HAM ad hoc Jakarta pada tahun 2003 hingga 2004.
2. Penculikan Aktivis 1998
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1984-1998 dengan jumlah korban sebanyak 23 orang. Peristiwa ini ditandai dengan penghilangan secara paksa oleh pihak Militer terhadap para aktivis pro-demokrasi. Penyelesaian kasus ini sudah dilakukan di Pengadilan Militer untuk anggota tim mawar.
3. Penembakan Mahasiswa Trisakti
Kasus penembakan mahasiswa Trisakti terjadi pada tahun 1998 dengan jumlah korban sekitar 31 orang. Peristiwa ini tidandai dengan penembakan aparat terhadap mahasiswa yang sedang berunjuk rasa. Penyelesaian kasus ini sudah dilaksanakan di Pengadilan Militer bagi pelaku lapangan.
4. Kerusuhan Timor-Timur Pasca JajakPendapat
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1999 dengan jumlah korban sebanyak 97 orang. Peristiwa ini ditandai dengan Agresi Militer dan penyelesaiannya sudah dilakukan di Pengadilan HAM ad hoc Jakarta pada tahun 2002 hingga 2003.
5. Peristiwa Abepura,Papua
Kasus pelanggaran HAM ini terjadi pada tahun 2000 dengan jumlah korban sebanayak 63 orang. Peristiwa ini ditandai dengan penyisiran secara membabi buta terhadap pelaku yang diduga menyerang Mapolsek Abepura. Penyelesaian kasus ini sudah dilakukan di Pengadilan HAM di Makassar.

HAM (Hak Asasi Manusia) _ pendidikan pancasila

HAM
(Hak Asasi Manusia)
PENGERTIAN HAK ASASI SECARA UMUM
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
MACAM-MACAM HAM
1.Hak asasi pribadi(personal right)
Contohnya :
Hak mengemukakan pendapat
Hak memeluk agama
Hak beribadah
Hak kebebasan berorganisasi/berserikat
2. Hak asasi ekonomi (property right)
Contohnya :
Hak memiliki sesuatu
Hak membeli dan menjual
Hak mengadakn suatu perjanjian/kontrak
Hak memilih pekerjaan
3.Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam keadilan hukum
dan pemerintahan(right of legal equality)
Contohnya :
Hak persamaan hukum
Hak asas praduga tak bersalah
Hak untuk diakui sebagai WNI
Hak ikut serta dalam pemerintahan
Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
Hak mendirikan partai politik
4. Hak asasi politik(political right)
Contohnya :
Hak untuk diakui sebagai WNI
Hak ikut serta dalam pemerintahan
Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu
Hak mendirikan partai politik
5.Hak asasi sosial dan budaya(social and cultural right)
Contohnya :
Hak untuk memilih pendidikan
Hak mendapat pelayana kesehatan
Hak mengembangkan kebudayaan
6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right)
Contohnya :
Hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan,penangkapan,peradilan dan pembelaan hokum

TEORI KABUT

Teori Kabut disebut juga Teori Nebula.Teori tersebut dikemukakan oleh Immanuel Kart dan Simon de Laplace.Menurut teori ini mula-mula ada sebuah nebula yang baur dan hampir bulat yang berotasi dengan kecepatan sangat lambat sehingga mulai menyusut.Akibatnya terbentuklah sebuah cakram datar bagian tengahnya.penyusutan berlanjut dan terbentuk matahari di pusat cakram.Cakram berotasi lebih cepat sehinggabagian tepi-tepi cakram terlepas membentuk gelang-gelang bahan.Kemudian bahan dalam gelang-gelang memadat menjadi planet-planet yang berevolusi mengitari Matahari.

TEORI PASANG SURUT

Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon.Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal dari materi Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.
Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys.Mereka berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi Matahari.Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari.Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.

Planetisimal

Teori Planetisimal adalah salah satu teori yang menerangkan tentang proses pembuatan Tata Surya. Teori ini dicetuskan oleh seorang astronom bernama Forest Ray Moulton dan seorang geolog bernama Thomas C. Chamberlin dari Universitas Chicago, yang kemudian namakan teori mereka ini dengan nama Teori Planetisimal.
Teori ini menyatakan bahwa suatu ketika sebuah bintang melintasi ruang angkasa dengan cepat dan berada dekat sekali dengan matahari. Daya tarik bintang ini sangat besar sehingga menyebabkan daya pasang di bagian gas Matahari. Akibatnya, massa gas terlempar dari Matahari dan mulai mengorbit. Karena daya tarik Matahari, massa gas itu tertahan dan bergerak mengelilingi Matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, bentuknya kemudian berubah menjadi cairan kemudian memadat. Akhirnya, massa gas itu menjadi planet yang ada sekarang, termasuk Bumi.

Teori Nebula (Teori Kabut)


Teori Nebula (Teori Kabut)
Teori Kabut atau disebut juga Teori Nebula. Teori Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775.
Teori serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Teori ini, yang lebih dikenal dengan Teori Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula) menceritakan kejadian tersebut dalam 3 (tiga ) tahap :\

Tahap Teori Nebula (Teori Kabut)
1.      Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
2.      Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.      Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

Tahap Teori Nebula (Teori Kabut)
Kelebihan teori kabut/Teori Nebula: 
Teori ini berhasil menjelaskan bahwa tata surya datar, orbit ellips planet mengelilingi matahari hampir datar. 
Kelemahan teori kabut/Teori Nebula:
1.      James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat menjadi planet. 
2.      F. R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.
Berbagai Modifikasi Teori Nebula
Astronom Jerman C. von Weizsaeckar memperkenalkan hipotesis nebulanya pada tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul dan keluar sampai jauh sekali dari garis khatulistiwa matahari di jaman purba. Sebagian besar  lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Akhirnya, tekanan panas dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih berat itu secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang berbentuk seperti ginjal. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet.

Sumber : http://arulastro.blogspot.com/2012/07/teori-nebula-teori-kabut.html#ixzz2gNkTIHC7

Teori Awan Debu


Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl von Weizsaeker mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Teori Awan Debu (The Dust-Cloud Theory).Teori ini kemudian disempurnakan lagi oleh Gerard P.Kuiper (1950),Subrahmanyan Chandrasekhar,dan lain-lain.
Teori ini mengemukakan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu.Sekarang ini di alam semesta bertebaran gumpalan awan seperti itu.Lebih dari 5 milyar tahun yang lalu,salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan.Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat awan itu,membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin.Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian tengah dan lebih tipis di bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram itu kemudian saling menekan,sehingga menimbulkan panas dan menjadi pijar.Bagian inilah yang disebut matahari.
Bagian yang lebih luar berpusing sangat cepat,sehingga terpecah-pecah menjadi banyak gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.Gumpalan kecil ini juga berpilin.Bagian ini kemudian membeku dan menjadi planet-planet dan satelit-satelitnya.

Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut ”big bang”, kira-kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen. Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc2, besarnya energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi (gambar 1d).
Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya

Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari piringan bintang-bintang dan gas-gas pembentuknya







Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta yang bagaikan kapas

About these ads
Ilmu Bumi (Inggris: earth science, geoscience) adalah suatu istilah untuk kumpulan cabang-cabang ilmu yang mempelajari bumi. Cabang ilmu ini menggunakan gabungan ilmu fisika, geografi, matematika, kimia, dan biologi untuk membentuk suatu pengertian kuantitatif dari lapisan-lapisan Bumi.
Dalam melaksanakan kajiannya, ilmuwan dalam bidang ini menggunakan metode ilmiah, yaitu formulasi hipotesa melalui pengamatan dan pengumpulan data mengenai fenomena alam yang dilanjutkan dengan pengujian hipotesa-hipotesa tersebut. Dalam ilmu Bumi, peranan data sangat penting dalam menguji dan membentuk suatu hipotesa.

Senin, 30 September 2013

  1. Geologi mempelajari lapisan batuan dari kulit Bumi (atau litosfer) dan perkembangan sejarahnya. Cabang utama dari ilmu ini adalah mineralogi, petrologi, geokimia, paleontologi, stratigrafi dan sedimentologi.
  2. Geofisika mempelajari sifat-sifat fisis Bumi, seperti bentuk Bumi, reaksi terhadap gaya, serta medan potensial Bumi (medan magnet dan gravitasi). Geofisika juga menyelidiki interior Bumi seperti inti, mantel Bumi, dan kulit Bumi serta kandungan-kandungan alaminya.
  3. Geodesi ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi dan dasar laut.
  4. Ilmu tanah mempelajari lapisan terluar kulit Bumi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah (atau pedosfer). Disiplin ilmu utama antara lain adalah edafologi dan pedologi.
  5. Glasiologi mempelajari bagian es dari Bumi (atau kriosfer).
  6. Ilmu atmosfer mempelajari bagian gas dari Bumi (atau atmosfer) antara permukaan Bumi sampai lapisan eksofer (~1000 km).
    Cabang utama bidang ini adalah meteorologi, klimatologi, dan aeronomi.
    • Klimatologi (Yunani: κλίμα, Klima, "wilayah, zona"; dan-λογία,-logia) adalah studi iklim, ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca rata-rata selama periode waktu tertentu, dan merupakan cabang dari ilmu atmosfer . Pengetahuan dasar iklim dapat digunakan dalam peramalan cuaca jangka pendek dengan menggunakan teknik analog seperti El Niño - Southern Oscillation (ENSO), yang Madden-Julian Oscillation (MJO), Osilasi Atlantik Utara (NAO), Annualar Utara Mode (NAM ), osilasi Arktik (AO), Pasifik Utara (NP) Index, Decadal Pasifik Oscillation (PDO), dan Pasifik Interdecadal Osilasi (IPO). Model iklim digunakan untuk berbagai tujuan dari studi mengenai dinamika iklim cuaca dan sistem untuk proyeksi iklim pada masa mendatang.
    Kimia atmosfer adalah cabang ilmu atmosfer yang mempelajari kimia atmosfer Bumi dan planet-planet lain. Bidang multidisiplin ini melibatkan kimia lingkungan, fisika, meteorologi, pemodelan komputer, oseanografi, geologi, vulkanologi, dan disiplin-disiplin lainnya. Riset-riset yang dilakukannya semakin berhubungan dengan bidang ilmu lain seperti klimatologi.
    • Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer Bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa Yunani meteoros atau ruang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.
    Hidrometeorologi
    • Paleoklimatologi merupakan ilmu mengenai perubahan iklim yang terjadi dalam seluruh rentang sejarah Bumi
Fisiologi Ilmu yang mempelajari tentang faal/fungsi kerja tubuh
Fisioterapi Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadap penderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot
Farmakologi Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan
Genetika ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
Histologi Ilmu yang mempelajari tentang jaringan
Hematologi Ilmu yang mempelajari tentang darah
Higiene Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup
Harpetologi ilmu yang mempelajari reptilia/ular
Imunologi Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh
Ichtiologi Ilmu yang mempelajari tentang ikan
Kardiologi ilmu yang mempelajari tentang jantung dan pembuluh darah
Karsinologi Ilmu yang mempelajari tentang crustacea
Klimatologi Ilmu yang mempelajari tentang iklim
Limnologi Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir
Mamologi ilmu yang mempelajari tentang mammalia
Mikologi ilmu yang mempelajari tentang jamur
Mikrobiologi Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
Malakologi Ilmu yang mempelajari tentang moluska
Morfologi Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luarorganisme
Neurologi Ilmu yang menangani penyimpangan pada sistem saraf
Nematologi ilmu yang mempelajari tentang nematoda
Organologi Ilmu yang mempelajari tentang organ
Onkologi ilmu yang mempelajari tentang kanker dan cara pencegahannya
Onthogeni Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa
Ornitologi Ilmu yang mempelajari tentang burung
Phylogeni Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup
Patologi Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruhnya bagi manusia
Palaentologi Ilmu yang mempelajari tentang fosil
Paleobotani ilmu yang mempelajari tumbuhan masa lampau
Paleozoologi ilmu yang mempelajari tentang hewan purba
Parasitologi Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit
Protozoologi Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa
Primatologi ilmu yang mempelajari tentang primata
Pulmonologi ilmu yang mempelajari tentang paru-paru
Radiologi ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik
Rekayasa Genetika ilmu yang mempelajari tentang manipulasi sifat genetik
Sanitasi Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan
Sitologi Ilmu yang mempelajari tentang sel
Taksonomi Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup
Teratologi Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan
Virologi Ilmu yang mempelajari tentang virus
zoologi Ilmu yang mempelajari tentang hewan
Fisiologi Ilmu yang mempelajari tentang faal/fungsi kerja tubuh
Fisioterapi Ilmu yang mempelajari tentang pengobatan terhadap penderita yang mengalami kelumpuhan atau gangguan otot
Farmakologi Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan
Genetika ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
Histologi Ilmu yang mempelajari tentang jaringan
Hematologi Ilmu yang mempelajari tentang darah
Higiene Ilmu yang mempelajari tentang pemeliharaan kesehatan makhluk hidup
Harpetologi ilmu yang mempelajari reptilia/ular
Imunologi Ilmu yang mempelajari tentang sistem kekebalan (imun) tubuh
Ichtiologi Ilmu yang mempelajari tentang ikan
Kardiologi ilmu yang mempelajari tentang jantung dan pembuluh darah
Karsinologi Ilmu yang mempelajari tentang crustacea
Klimatologi Ilmu yang mempelajari tentang iklim
Limnologi Ilmu yang mempelajari tentang perairan mengalir
Mamologi ilmu yang mempelajari tentang mammalia
Mikologi ilmu yang mempelajari tentang jamur
Mikrobiologi Ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
Malakologi Ilmu yang mempelajari tentang moluska
Morfologi Ilmu yang mempelajari tentang bentuk atau ciri luarorganisme
Neurologi Ilmu yang menangani penyimpangan pada sistem saraf
Nematologi ilmu yang mempelajari tentang nematoda
Organologi Ilmu yang mempelajari tentang organ
Onkologi ilmu yang mempelajari tentang kanker dan cara pencegahannya
Onthogeni Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup dari zigot menjadi dewasa
Ornitologi Ilmu yang mempelajari tentang burung
Phylogeni Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan makhluk hidup
Patologi Ilmu yang mempelajari tentang penyakit dan pengaruhnya bagi manusia
Palaentologi Ilmu yang mempelajari tentang fosil
Paleobotani ilmu yang mempelajari tumbuhan masa lampau
Paleozoologi ilmu yang mempelajari tentang hewan purba
Parasitologi Ilmu yang mempelajari tentang makhluk parasit
Protozoologi Ilmu yang mempelajari tentang Protozoa
Primatologi ilmu yang mempelajari tentang primata
Pulmonologi ilmu yang mempelajari tentang paru-paru
Radiologi ilmu untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik
Rekayasa Genetika ilmu yang mempelajari tentang manipulasi sifat genetik
Sanitasi Ilmu yang mempelajari tentang kesehatan lingkungan
Sitologi Ilmu yang mempelajari tentang sel
Taksonomi Ilmu yang mempelajari tentang penggolongan makhluk hidup
Teratologi Ilmu yang mempelajari tentang cacat janin dalam kandungan
Virologi Ilmu yang mempelajari tentang virus
zoologi Ilmu yang mempelajari tentang hewan

Minggu, 29 September 2013

a. Teori ”Big Bang”

Salah satu teori yang menjelaskan proses terjadinya jagat raya adalah teori ”Big Bang”. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk dari ledakan dahsyat yang terjadi kira-kira 13.700 juta tahun yang lalu. Akibat ledakan tersebut materi-materi dengan jumlah sangat banyak terlontar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi tersebut akhirnya membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid, meteor, energi, dan partikel-partikel lain. Teori ”Big Bang” ini didukung oleh seorang astronom dari Amerika Serikat, yaitu Edwin Hubble. Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa jagat raya ini tidak bersifat statis. Semakin jauh jarak galaksi dari Bumi, semakin cepat proses pengembangannya. Penemuan tersebut dikuatkan lagi oleh ahli astrofisika dari Amerika Serikat, Arno Pnezias dan Robert Wilson pada tahun 1965 telah mengukur tahap radiasi yang ada di angkasa raya. Penemuan ini kemudian disahkan oleh ahli sains dengan menggunakan alat NASA yang bernama COBE spacecraft antara tahun 1989–1993. Kajian-kajian terkini dari laboratorium CERN (Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire atau European Council for Nuclear Research) yang terletak berdekatan dengan Genewa menguatkan lagi teori ”Big Bang”. Semua ini mengesahkan bahwa pada masa dahulu langit dan Bumi pernah bersatu sebelum akhirnya terpisah-pisah seperti sekarang.

b. Teori ”Keadaan Tetap”

Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris. Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen. Teori ini diterima secara skeptis oleh beberapa ahli yang lain, sebab hal itu melanggar salah satu hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan zat. Zat tidak dapat diciptakan atau dihilangkan tetapi hanyalah dapat diubah menjadi jenis zat lain atau menjadi energi. Sampai saat ini belum dapat dipastikan bagaimana sesungguhnya jagat raya ini terbentuk. Teori-teori yang dikemukakan para ahli tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Anggapan-Anggapan tentang Jagat Raya dan Alam Semesta
Sumber: zebu.uoregon.edu  Gambar 4.1 Nicholas Copernicus
Sumber: zebu.uoregon.edu
Gambar 4.1 Nicholas Copernicus

Sejak zaman dahulu manusia telah dibuat takjub dengan berbagai fenomena yang ada di alam semesta. Berbagai fenomena alam tersebut menyebabkan timbulnya keingintahuan untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak manusia. Mengapa bintang hanya terlihat pada malam hari dan matahari bersinar pada siang hari? Mengapa matahari terbit di timur dan bukan di barat? Apakah Bumi dikelilingi matahari? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang timbul.
Berikut ini adalah anggapan-anggapan manusia tentang jagat raya dan alam semesta sejak dahulu hingga sekarang.
a. Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Anggapan ini dimulai pada tingkat awal manusia atau pada masa manusia primitif yang menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta. Pada waktu menyadari ada Bumi dan langit, manusia menganggap matahari, bulan, bintang, dan Bumi serupa dengan hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.
b. Anggapan Geosentris
Anggapan ini menempatkan Bumi sebagai pusat dari alam semesta. Geosentris (geo = Bumi; centrum = titik pusat). Anggapan ini dimulai sekitar abad VI Sebelum Masehi (SM), saat pandangan egosentris mulai ditinggalkan. Salah seorang yang  mengemukakan anggapan geosentris adalah Claudius Ptolomeus. Ia melakukan observasi di Alexandria, kota pusat budaya Mesir pada masa lalu. Ia menganggap bahwa pusat jagat raya adalah Bumi, sehingga Bumi ini dikelilingi oleh matahari dan bintang-bintang.
c. Anggapan Heliosentris
Semakin majunya alat penelitian dan sifat ilmuwan yang semakin kritis, menyebabkan bergesernya anggapan geosentris. Pandangan heliosentris (helios = matahari) dianggap sebagai pandangan yang revolusioner yang menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta. Seorang mahasiswa kedokteran, ilmu pasti dan Astronomi, Nicholas Copernicus (1473–1543) pada tahun 1507 menulis buku ”De Revolutionibus Orbium Caelestium” (tentang revolusi peredaran benda-benda langit). Ia mengemukakan bahwa matahari merupakan pusat jagat raya yang dikelilingi planet-planet, bahwa bulan mengelilingi Bumi dan bersama-sama mengitari matahari, dan bahwa Bumi berputar ke timur yang menyebabkan siang dan malam.
d. Anggapan Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy = kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan yang menempatkan galaksi sebagai pusat Tata Surya. Galaktosentris dimulai tahun 1920 yang ditandai dengan pembangunan teleskop raksasa di Amerika Serikat, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak mengenai galaksi.

Sabtu, 28 September 2013

Han Hyo Joo sebagai Choi Dong Yi

Proses terbentuknya BUMI (Menurut Teori Big Bang)


Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa InggrisBig Bang) merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat). Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu,[1][2] yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.[3][4] Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.[5][6]
Berkas:Universe expansion2.png
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.[7]
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkanmendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahaminukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.

Jumat, 27 September 2013

Choi Ran sebagai Nyonya Yoon (Ibunda Hee Bin)

Mengenal Teori Quantum


(Sumber: Michio Kaku, “Dunia Paralel” (diterjemahkan oleh Jookut dkk), Bumi: SeSa Media, Agustus 2010)
Teori quantum didasarkan pada ide bahwa semua kemungkinan peristiwa memiliki probabilitas untuk terjadi, tak peduli seberapa fantastik atau pandirnya peristiwa itu. Ini, pada gilirannya, terletak di jantung teori alam semesta berinflasi—ketika big bang awal terjadi, terdapat transisi quantum menuju status baru di mana alam semesta tiba-tiba berinflasi luar biasa besar. Keseluruhan alam semesta kita, kelihatannya, muncul dari lompatan—yang sangat tidak mungkin—quantum. Walaupun Adams menulis dengan bergurau, kita fisikawan menyadari bahwa bila kita bisa, dengan suatu cara, mengendalikan probabilitas-probabilitas ini, seseorang bisa melakukan perbuatan luar biasa yang tidak dapat dibedakan dari sulap. Tapi untuk saat ini, pengubahan probabilitas peristiwa berada jauh di luar jangkauan teknologi kita.
Saya terkadang mengajukan pertanyaan sederhana kepada mahasiswa Ph.D. kami di universitas, seperti misalnya, kalkulasikan probabilitas bahwa diri mereka akan tiba-tiba lenyap dan mewujud kembali (rematerialize) di sisi lain sebuah dinding batu bata. Menurut teori quantum, terdapat probabilitas kecil, namun dapat dikalkulasi, bahwa ini bisa terjadi. Atau, sebetulnya, bahwa kita akan lenyap di ruang tinggal rumah kita dan berakhir di Mars. Menurut teori quantum, seseorang pada prinsipnya dapat secara tiba-tiba mewujud kembali di planet merah tersebut. Tentu saja, probabilitasnya begitu kecil sehingga kita harus menanti lebih lama dari umur alam semesta. Alhasil, dalam kehidupan sehari-hari kita, kita bisa mengabaikan peristiwa seimprobabel itu. Tapi di level subatom, probabilitas semacam itu sangat krusial untuk keberfungsian alat elektronik, komputer, dan laser.
Elektron, kenyataannya, lenyap (dematerialize) secara teratur dan mendapati diri mereka mewujud kembali (rematerialize) di sisi lain dinding di dalam komponen-komponen PC dan CD Anda. Peradaban modern akan runtuh, kenyataannya, jika elektron-elektron tidak diperkenankan berada di dua tempat pada waktu yang sama. (Molekul-molekul tubuh kita juga akan kolaps tanpa prinsip ganjil ini. Bayangkan dua tata surya bertubrukan di ruang angkasa, mematuhi hukum gravitasi Newton. Tata surya yang bertubrukan itu akan kolaps menjadi secampur-adukan planet-planet dan asteroid-asteroid yang chaos. Demikian pula, bila atom-atom mematuhi hukum Newton, mereka akan berdisintegrasi kapan pun mereka menubruk atom lain. Yang menjaga dua atom tetap terkunci dalam sebuah molekul stabil adalah fakta bahwa elektron-elektron dapat secara simultan berada di begitu banyak tempat pada waktu yang sama sehingga membentuk “awan” elektron yang mengikat atom-atom. Dengan demikian, alasan mengapa molekul-molekul bersifat stabil dan alam semesta tidak berdisintegrasi adalah bahwa elektron-elektron bisa berada di banyak tempat pada waktu yang sama.)
Tapi jika elektron bisa eksis dalam status paralel yang melayang antara eksis dan tak eksis, maka mengapa alam semesta tidak? Bagaimanapun juga, pada satu titik, alam semesta pernah lebih kecil dari elektron. Sekali kita memperkenalkan kemungkinan penerapan prinsip quantum pada alam semesta, kita terpaksa mempertimbangkan adanya alam semesta paralel.
—-

…teori quantum memberi kita gambaran alam semesta yang jauh lebih aneh daripada gambaran yang diberikan oleh Einstein. Menurut relativitas, panggung kehidupan tempat kita tampil mungkin terbuat dari karet, dengan aktor-aktor yang bergerak di jalur melengkung sewaktu mereka melintasi set panggung. Sebagaimana dalam dunia Newton, aktor-aktor dalam dunia Einstein meniru dialog mereka dari naskah yang telah ditulis sebelumnya. Tapi dalam sandiwara quantum, para aktor tiba-tiba membuang naskah dan berakting atas kemauan mereka sendiri. Para boneka memutus benang pengendali mereka. Kehendak bebas telah ditegakkan. Para aktor bisa menghilang dan muncul kembali dari panggung. Yang lebih aneh lagi, mereka bisa mendapati diri mereka muncul di dua tempat pada waktu yang sama. Para aktor, saat membacakan dialog mereka, tak pernah tahu pasti apakah mereka sedang berbicara dengan seseorang yang dapat tiba-tiba menghilang dan muncul kembali di tempat lain.
—-
Akhirnya, pada 1928, fisikawan Max Born mengajukan ide bahwa fungsi gelombang ini mewakili probabilitas penemuan elektron di titik tertentu. Dengan kata lain, Anda takkan pernah bisa tahu pasti di mana sebuah elektron persisnya berada; yang bisa Anda lakukan hanya mengkalkulasi fungsi gelombangnya, yang memberitahu Anda probabilitas keberadaannya. Lantas, bila fisika atom bisa direduksi menjadi gelombang probabilitas keberadaan sebuah elektron, dan bila sebuah elektron bisa terlihat berada di dua tempat pada waktu yang sama, bagaimana kita menetapkan di mana elektron tersebut sebetulnya berada?
Bohr dan Heisenberg akhirnya merumuskan set resep lengkap dalam buku masak quantum yang telah bekerja secara menawan dalam eksperimen-eksperimen atom dengan presisi luar biasa. Fungsi gelombang hanya memberitahu Anda probabilitas lokasi elektron. Jika fungsi gelombangnya besar di titik tertentu, artinya ada kemungkinan besar elektron terdapat di situ. (Jika kecil, maka kemungkinan kecil elektron bisa ditemukan di situ.) Contoh, jika kita bisa “melihat” fungsi gelombang seseorang, [fungsi] itu akan sungguh seperti orang tersebut sendiri. Bagaimanapun, fungsi gelombang juga merembes halus ke ruang angkasa, artinya ada kemungkinan kecil orang tersebut bisa ditemukan di bulan. (Kenyataannya, fungsi gelombang orang tersebut betul-betul menyebar ke seluruh alam semesta.)
Ini berarti fungsi gelombang sebatang pohon bisa memberitahu Anda probabilitas bahwa ia sedang berdiri atau runtuh, tapi tidak dapat secara definitif memberitahu Anda dalam kondisi mana sebetulnya ia. Tapi akal sehat memberitahu kita bahwa objek-objek berada dalam kondisi definitif. Manakala Anda menatap sebatang pohon, pohon itu sudah pasti berada di depan Anda—entah berdiri atau runtuh, tapi tidak keduanya.
Untuk menyelesaikan selisih antara gelombang probabilitas dan pikiran akal sehat kita tentang eksistensi, Bohr dan Heisenberg berasumi bahwa setelah suatu pengukuran dilakukan oleh seorang pengamat luar, fungsi gelombang “kolaps” secara gaib, dan elektron jatuh ke dalam sebuah kondisi definitif—yakni, setelah menatap pohon, kita melihat bahwa ia betul-betul berdiri. Dengan kata lain, proses pengamatan menentukan kondisi akhir elektron. Pengamatan adalah sangat vital untuk eksistensi. Setelah kita menatap elektron, fungsi gelombangnya kolaps, sehingga elektron kini berada dalam kondisi definitif dan tidak ada kebutuhan lagi akan fungsi gelombang.
Jadi, postulat-postulat kawanan Kopenhagen-nya Bohr, secara longgar dapat diringkas sebagai berikut:
  1. Semua energi terdapat dalam paket-paket tersendiri, yang disebut quantum. (Quantum cahaya, misalnya, adalah photon. Quantum gaya [nuklir] lemah disebut boson-W dan boson-Z, quantum gaya [nuklir] kuat disebut gluon, dan quantum gravitasi disebut graviton, yang masih harus diperiksa di laboratorium.)
  2. Materi direpresentasikan oleh partikel-partikel titik, tapi probabilitas penemuan partikel diperlihatkan oleh gelombang. Gelombang ini, pada gilirannya, mematuhi persamaan gelombang rinci (seperti persamaan gelombang Schrödinger).
  3. Sebelum pengamatan dilakukan, sebuah objek eksis dalam semua kemungkinan kondisi secara bersamaan. Untuk menentukan dalam kondisi mana objek itu berada, kita harus melakukan pengamatan, yang “mengkolapskan” fungsi gelombangnya, dan objek itu memasuki kondisi definitif. Tindakan pengamatan merusak fungsi gelombang, dan objek kini memangku realitas definitif. Fungsi gelombang menjalankan maksudnya: ia memberi kita probabilitas akurat untuk menemukan objek dalam kondisi khusus.
—-
Tapi tak peduli seberapa sukses teori quantum ini, secara eksperimen ia didasarkan pada postulat-postulat yang telah melepaskan badai kontroversi filsafat dan teologis selama 80 tahun terakhir. Postulat kedua, khususnya, telah menimbulkan kemarahan agama-agama karena menanyakan siapa yang memutuskan takdir kita. Di sepanjang zaman, para filsuf, teolog, dan ilmuwan tertarik dengan masa depan dan bertanya-tanya apakah, entah bagaimana caranya, takdir kita bisa diketahui. Dalam Macbeth-nya Shakespeare, Banquo, putus asa mengangkat tabir yang menutupi takdir kita, menyampaikan dialog terkenang berikut:
Jika kau mampu memandang benih-benih waktu
dan menyebutkan butiran mana yang akan tumbuh dan yang tidak,
maka berbincanglah denganku…

(babak 1, adegan 3)
Shakespeare menulis kata-kata ini pada 1606. Delapan tahun kemudian, seorang Inggris lain, Isaac Newton, dengan berani mengklaim bahwa dirinya mengetahui jawaban untuk pertanyaan kuno ini. Newton maupun Einstein meyakini konsep yang disebut determinisme (ketetapan/kepastian), yang menyatakan bahwa semua peristiwa masa depan pada prinsipnya bisa ditetapkan. Bagi Newton, alam semesta adalah jam raksasa yang diputar oleh Tuhan pada permulaan masa. Sejak saat itu, jam ini berdetak, mematuhi tiga hukum geraknya, dengan cara yang dapat diprediksi secara akurat. Matematikawan Prancis, Pierre Simon de Laplace, yang merupakan penasehat sains Napoleon, menulis bahwa, menggunakan hukum Newton, seseorang bisa memprediksikan masa depan dengan presisi yang sama seperti ketika seseorang memandang masa lalu. Dia menulis bahwa jika suatu entitas bisa mengetahui posisi dan kecepatan semua partikel di alam semesta, “bagi intelek secerdas itu, tak ada yang tak pasti; dan masa depan, juga masa lalu, berada di hadapan matanya.” Saat Laplace memberi Napoleon salinan karya hebatnya, Celestial Mechanics, sang kaisar berkata, “Kau telah menulis karya besar tentang angkasa ini tanpa satu kali pun menyebutkan Tuhan.” Laplace menjawab, “Tuan, aku tak memerlukan hipotesis tersebut.”
Bagi Newton dan Einstein, gagasan tentang kehendak bebas, bahwa kita adalah penguasa takdir kita, merupakan sebuah ilusi. Gagasan masuk akal tentang realitas ini, bahwa objek-objek konkret yang kita sentuh adalah nyata dan eksis dalam kondisi definitif, oleh Einstein disebut “realitas objektif”. Dia sangat jelas mengungkapkan posisinya sebagai berikut:
Saya adalah seorang determinis (penganut kepastian), dipaksa bertindak seolah-olah terdapat kehendak bebas, sebab jika saya ingin hidup dalam sebuah masyarakat beradab, saya harus bertindak secara bertanggung jawab. Saya tahu secara filosofis seorang pembunuh tidak bertanggung jawab atas kejahatannya, tapi saya tidak akan minum teh bersamanya. Karir saya telah ditentukan oleh berbagai gaya yang saya tidak punya kuasa atasnya, terutama kelenjar-kelenjar misterius itu di mana alam mempersiapkan esensi kehidupan. Henry Ford boleh menyebutnya Suara Batin, Socrates menyebutnya sebagai daemon (entitas supernatural dalam ajaran Yunani kuno–penj): tiap manusia menjelaskan fakta dengan caranya sendiri bahwa kehendak manusia tidaklah bebas…Segala sesuatu itu ditetapkan…oleh gaya-gaya yang kita tak punya kuasa atasnya…pun bagi serangga dan bintang. Manusia, sayuran, atau debu kosmik, kita semua berdansa menurut tempo misterius, dilagukan di kejauhan oleh satu pemain tak nampak. (Albert Einstein)
Teolog juga telah bergulat dengan pertanyaan ini. Sebagian besar agama dunia meyakini suatu bentuk takdir, ide bahwa Tuhan tak hanya mahakuasa (serba kuasa) dan mahaada (ada di mana-mana), tapi juga mahatahu (tahu segalanya, bahkan masa depan). Dalam beberapa agama, ini artinya Tuhan mengetahui apakah kita akan masuk surga atau neraka, bahkan sebelum kita lahir. Pada esensinya, terdapat “buku takdir” di suatu tempat di surga dengan semua nama kita terdaftar, mencakup tanggal lahir kita, kegagalan dan keberhasilan kita, kesenangan dan kesusahan kita, bahkan tanggal kematian kita, dan apakah kita akan hidup di surga atau dalam kutukan abadi.
(Pertanyaan teologis sulit tentang takdir ini, sebagian, membantu memecah gereja Katolik pada tahun 1517, ketika Martin Luther menempelkan 95 tesis mengenai gereja di Wittenberg. Di dalamnya, dia menyerang praktek penjualan indulgence (remisi hukuman yang dibayar setelah pengampunan dosa–penj) oleh gereja—pada esensinya adalah uang suap yang melapangkan jalan menuju surga bagi kaum kaya. Mungkin Luther mengatakan, Tuhan mengetahui masa depan kita dan nasib kita sudah ditakdirkan, tapi Tuhan tidak bisa dibujuk untuk berubah pikiran dengan memberi banyak donasi kepada gereja.)
Tapi bagi fisikawan yang menerima konsep probabilitas, postulat yang paling kontroversial sejauh ini adalah postulat ketiga, yang telah membuat sakit kepala bergenerasi-generasi fisikawan dan filsuf. “Pengamatan” adalah konsep longgar dan tidak jelas. Selain itu, ia bersandar pada fakta bahwa sebetulnya terdapat dua tipe fisika: satu untuk dunia subatom yang ganjil, di mana elektron-elektron tampaknya bisa berada di dua tempat pada waktu yang sama, dan satu lainnya untuk dunia makroskopis yang kita tinggali, yang terlihat mematuhi hukum Newton yang masuk akal.
Menurut Bohr, terdapat suatu “dinding” tak tampak yang memisahkan dunia atom dari dunia makroskopis keseharian yang familiar. Sementara dunia atom mematuhi aturan ganjil teori quantum, kita menjalani kehidupan di luar dinding itu, di dunia penuh planet dan bintang yang terumuskan dengan baik di mana gelombang-gelombang telah kolaps.
Wheeler, yang mempelajari mekanika quantum dari pendirinya, gemar meringkas dua aliran pemikiran mengenai pertanyaan ini. Dia memberikan contoh berupa tiga orang wasit dalam permainan baseball yang sedang merundingkan point (posisi pemain di belakang pemukul bola–penj) baseball yang bagus. Dalam membuat keputusan, ketiga wasit mengatakan:
Wasit 1: Saya memutuskannya seolah-olah saya melihatnya.
Wasit 2: Saya memutuskannya sebagaimana adanya.
Wasit 3: Mereka tidak ada sampai saya memutuskannya.
Bagi Wheeler, wasit kedua adalah Einstein, yang mempercayai adanya realitas mutlak di luar pengalaman manusia. Einstein menyebut ini sebagai “realitas objektif”, yaitu bahwa objek-objek dapat eksis dalam kondisi definitif tanpa intervensi manusia. Wasit ketiga adalah Bohr, yang berargumen bahwa realitas hanya eksis setelah pengamatan dilakukan.
—-
Bagaimanapun, filsuf memang masih menang. Teori quantum masih belum lengkap dan bersandar pada landasan filosofis yang rapuh. Kontroversi quantum ini mendorong seseorang memeriksa kembali karya para filsuf seperti Bishop Berkeley, yang di abad 18 menyatakan bahwa objek-objek eksis hanya karena manusia mengamatinya, sebuah filsafat yang disebut solipsism (teori filsafat yang menyatakan bahwa diri ialah sesuatu yang eksis dan dapat dikenali—penj) atau idealisme. Bila sebatang pohon di hutan runtuh, tapi tak ada yang berada di sana untuk melihatnya, maka ia sebetulnya tidak runtuh, demikian klaim mereka.
—-
Dalam sains tradisional, pengamat mencoba senetral mungkin tetap terpisah dari dunia. (Sebagaimana dikatakan oleh seorang pelawak, “Kau selalu bisa melihat ilmuwan di klub telanjang, sebab dia adalah satu-satunya orang yang menyelidiki hadirin.”) Tapi sekarang, untuk pertama kalinya, kita menyaksikan bahwa adalah mustahil untuk memisahkan pengamat dari yang diamati. Sebagaimana suatu kali dikemukakan oleh Max Planck, “Sains tidak bisa memecahkan misteri tertinggi Alam. Sebab menurut analisis terakhir, kita sendiri merupakan bagian dari misteri yang tengah coba kita pecahkan.”
—-
Sebagian besar fisikawan mengangkat bahu dan angkat tangan ketika dihadapkan dengan paradoks-paradoks aneh mekanika quantum. Bagi kebanyakan ilmuwan, mekanika quantum adalah seperangkat aturan yang menghasilkan probabilitas benar dengan akurasi luar biasa. Sebagaimana dikatakan oleh fisikawan yang menjadi pendeta, John Polkinghorne, “Mekanika quantum biasa tidak lebih filosofis dari mekanika motor biasa.”
Bagaimanapun, beberapa pemikir serius fisika telah bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan ini. Contohnya, terdapat beberapa jalan untuk memecahkan persoalan kucing Schrödinger. Pertama, yang disokong oleh peraih Nobel, Eugene Wigner, dan lainnya, adalah bahwa kesadaran menentukan eksistensi. Wigner menulis bahwa “tidak mungkin merumuskan hukum mekanika quantum dengan cara yang konsisten sepenuhnya, tanpa merujuk pada kesadaran [pengamat]…studi dunia eksternal yang membawa pada kesimpulan bahwa kandungan kesadaran adalah realitas pokok.” Atau, sebagaimana suatu kali ditulis oleh penyair John Keats, “Tidak ada yang nyata sampai itu dialami.”
Tapi jika saya melakukan pengamatan, siapa/apa yang akan menetapkan dalam kondisi mana saya berada? Artinya seorang lain harus mengamati saya untuk mengkolapskan fungsi gelombang saya. Ini terkadang disebut sebagai “temannya Wigner”. Tapi ini juga berarti bahwa seseorang harus mengamati temannya Wigner, dan temannya temannya Wigner, dan seterusnya. Apakah terdapat suatu kesadaran kosmik yang menentukan seluruh rentetan teman ini dengan mengamati seluruh alam semesta?
Fisikawan yang ngotot meyakini peran sentral kesadaran adalah Andrei Linde, salah seorang pendiri teori inflationary universe.
Bagi saya sebagai seorang manusia, tak terpikir untuk mengklaim bahwa alam semesta ada tanpa pengamat. Kita adalah bersama-sama, alam semesta dan kita. Tatkala Anda berkata bahwa alam semesta eksis tanpa pengamat, saya tidak bisa mencernanya. Saya tidak bisa membayangkan sebuah theory of everything konsisten yang mengabaikan kesadaran. Suatu perangkat perekam tidak dapat memainkan peran seorang pengamat, sebab siapa yang akan membaca apa yang tertulis di perangkat perekam ini. Agar kita bisa melihat bahwa sesuatu terjadi, dan saling mengatakan kepada yang lain bahwa sesuatu terjadi, Anda harus memiliki alam semesta, Anda harus memiliki perangkat perekam, dan Anda harus memiliki kita…Tanpa adanya pengamat, alam semesta kita mati. (Dr. Andrei Linde)
Menurut filosofi Linde, fosil-fosil dinosaurus tidak betul-betul eksis sampai Anda melihatnya. Tapi ketika Anda melihatnya, mereka menjadi eksis seolah-olah mereka eksis jutaan tahun silam. (Fisikawan yang memegang sudut pandang ini berhati-hati menguraikan bahwa gambaran ini konsisten secara eksperimen dengan dunia di mana fosil-fosil dinosaurus betul-betul ada jutaan tahun silam.)
(Beberapa orang, yang tidak suka memperkenalkan kesadaran ke dalam fisika, mengklaim bahwa sebuah kamera bisa melakukan pengamatan terhadap elektron, sehingga fungsi gelombang kolaps tanpa memerlukan entitas sadar. Tapi, kalau begitu, siapa yang akan mengatakan bahwa kamera itu eksis? Sebuah kamera lain dibutuhkan untuk “mengamati” kamera pertama dan mengkolapskan fungsi gelombangnya. Kalau begitu kamera kedua dibutuhkan untuk mengamati kamera pertama, dan kamera ketiga dibutuhkan untuk mengamati kamera kedua, dan seterusnya. Jadi pengenalan kamera tidak menjawab pertanyaan tentang bagaimana fungsi gelombang kolaps.)
—-
Dunia sains quantum memberikan banyak keterangan mengenai persoalan peran kita di alam semesta, tapi dari sudut pandang berbeda. Jika seseorang menganut interpretasi Wigner atas persoalan kucing Schrödinger, maka kita harus memperhatikan peran kesadaran di mana-mana. Rantai pengamat yang tak berujung, masing-masing menatap pengamat sebelumnya, akhirnya membawa kepada pengamat kosmik, mungkin Tuhan sendiri. Dalam gambaran ini, alam semesta eksis lantaran ada Tuhan yang mengamatinya. Dan jika interpretasi Wheeler benar, maka seluruh alam semesta didominasi oleh informasi dan kesadaran. Menurut gambarannya, kesadaran adalah kekuatan dominan yang menentukan sifat eksistensi.
Sudut pandang Wigner, pada gilirannya, menuntun Ronnie Knox menulis syair tentang pertemuan antara seorang skeptik dan Tuhan, merenungkan apakah sebuah pohon eksis di halaman berkeliling tembok apabila tak ada seorang pun di sana yang mengamatinya:
Suatu kali ada seseorang berkata, “Tuhan
pasti menganggap luar biasa ganjil
jika Dia mendapati pohon ini
terus ada
padahal tak ada seorang pun di Alun-alun.”
Seorang pelawak anonim kemudian menulis jawaban berikut:
Tuan yang terhormat, ketakjuban Anda ganjil
Aku selalu ada di Alun-alun
dan itulah mengapa pohon tersebut
akan senantiasa ada,
sebab diamati oleh Sahabat setia Anda—Tuhan
Dengan kata lain, pepohonan eksis di halaman berkeliling tembok karena seorang pengamat quantum senantiasa di sana untuk mengkolapskan fungsi gelombangnya—Tuhan sendiri.
Interpretasi Wigner menempatkan persoalan kesadaran di pusat fondasi fisika. Wigner menggemakan kata-kata astronom besar James Jeans, yang pernah menulis, “Lima puluh tahun silam, alam semesta umumnya dianggap sebagai mesin… Ketika kita sampai kepada perbedaan ukuran yang besar di setiap arah—baik menuju kosmos secara keseluruhan, ataupun menuju lubuk dalam atom—interpretasi mekanis atas Alam gagal. Kita sampai kepada entitas-entitas dan fenomena-fenomena yang sama sekali tidak mekanis. Bagi saya, mereka lebih mengisyaratkan proses mental ketimbang mekanis; alam semesta lebih mirip pikiran hebat daripada mesin hebat.”

Selasa, 17 September 2013

 Seringkan lihat film doraemon setiap hari minggu…? nah pasti di awal dan akhirnya pasti ada lagunya, jika kamu ingin tahu versi indonesianya. Dibawah ini saya tuliskan buat kamu, lagu pembuka dan penutupnya…



 Lirik Lagu pembukanya
Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini itu banyak sekali

Semua semua semua
Dapat dikabulkan
Dapat dikabulkan
Dengan kantong ajaib

Aku ingin terbang bebas
Di angkasa
Hei… baling baling bambu

La… la… la….
Aku sayang sekali…
Doraemon…

La… la… la….
Aku sayang sekali…


Lirik Lagu Penutupnya
Lihat-lihatlah bunga yang sedang mekar
Tiba saat mengucapkan selamat pagi
Masa depan semua mari kita bangun
Lalalala… lalalala… bernyanyi bersama …

Saya hidup di bumi ini masa depan dengan kapal angkasa
Mari kita banyak-banyak berikhtiar
Menjadikan satu-satu kita wujudkan
Kita hidup di bumi ini
Pagi ini esok dan seterusnya
Masa indah sangat banyak kota impian…